Oleh : Aldi Pratama (kelas XIA)
BAGIAN I – KEGELAPAN TAK TERKALAHKAN
Dimasa silam, dimana masa kegelapan sangat menguasai, Sang pemimpin dari ras Azazil selalu ada di balik cahaya, Sang Azazil tirani yang agung, Azharel Korniclaus, raja kejam nan perkasa memiliki wujud layaknya manusia biasa namun kekuatannya melampaui semua ras yang ada, dialah sosok Azazil yang mampu menakutkan alam semesta.
Seluruh makhluk gemetar mendengar namanya. Ras Elf, Goblin, malaikat bahkan dewa sekalipun tak berani menatap matanya. Karena selama berjuta-juta tahun, ia selalu menaklukkan seluruh dunia hingga menjelajahi setiap dimensi yang ada, lalu menyerap energi (manna) dari setiap planet yang ia taklukkan dan meninggalkan kehancuran di setiap langkahnya. para ras lain pun sangat benci kepadanya bahkan selalu ingin melawannya tetapi karena perbedaan kekuatan merekalah yang membuat ia tak terkalahkan
Namun di balik ketakutan kepada Azharel Korniclaus, ada sesosok dewa yang selalu ingin mengalahkannya, dewa cahaya paling terang, Altherion Ares, sosok dewa ksatria yang memiliki dendam membara kepada Azharel.
di suatu saat, di celah dimensi antara ruang dan waktu ketika azharel bergerak ke arah dimensi cahaya. Langit terbelah dan cahaya suci menyapu langit celah dimensi, Pasukan dewa turun seperti hujan tombak, berbaris rapi dalam formasi surgawi. Masing-masing bersenjata cahaya, aura mereka memancarkan energi murni yang bahkan bisa menghanguskan makhluk biasa hanya dengan satu tatapan
Tapi bagi Azharel, itu semua hanyalah… hal yang sepele
“Cahaya kalian terlalu terang… menyilaukan sampai tak bisa melihat kebenaran sejati.”
Suara Azharel menggema bak gempa yang melanda berbagai pulau. Ia berdiri di tengah celah dimensi yang hampa akan kehidupan, udara yang terbakar oleh ledakan kosmik. Tanpa pelindung.
Tanpa pasukan. Hanya satu Azazil melawan ratusan dewa yang penuh dendam. Lalu para dewa menyerbu. Petir surgawi menghantam, panah cahaya melesat, mantra penyembuhan meledak dari segala arah. celah dimensi retak lalu banyak juga dimensi baru yang terbuka.
Dalam satu hentakan kaki Azharel BOOOMMMMM!!
Gelombang keheningan meledak. Semua mantra lenyap. Semua cahaya padam.
“kalian terlalu dini untuk menghadapiku”
Dalam hitungan detik, pasukan dewa mulai runtuh. Satu per satu. Ditebas sebelum sempat menyebut nama kaisar dewa mereka. kegelapan yang membara melesat dengan cepat nya, Tubuh-tubuh bersayap jatuh seperti hujan api. Teriakan mereka tak lebih dari bisikan di telinga sang Azazil, tak ada belas kasihan.
Azharel tak berteriak. Ia tidak marah. Ia hanya berjalan dari sekeliling abu para Dewa yang ia kalah kan,
Dengan langkah pasti… Dengan pandangan hampa…
Dan setiap langkahnya ada tercipta aura kabut kegelapan
Beberapa menit kemudian…
Pasukan dewa musnah. Hanya puing, debu, dan rasa kosong kehitaman tersisa.
Azharel berdiri sendiri. Nafasnya tenang. Tak ada darah di tubuhnya. Bahkan baju perangnya pun masih utuh.
“Inikah kekuatan yang kalian banggakan? Cuma segini?, berjuta juta tahun aku memegang tahta kenapa kalian yang mencoba terus akan hal bodoh ini” ucap Azharel sombong sambil ketawa
Tiba-tiba…
CrossssHHH!!!
Sebuah bilah pedang menembus baju zirah Azharel. Darah gelap menetes sedikit demi sdikit, Mata Azharel terbuka lebar untuk pertama kalinya sejak ribuan tahun.
“Heh…,boleh jugaa” ucap Azharel sedikit terkejut
Ia menoleh perlahan. Sosok bersinar berdiri di belakangnya tak seperti pasukan dewa yang lain. Baju zirah putihnya retak di beberapa bagian. Matanya menyala kuning keemasan. Tangan kirinya
gemetar karena menahan getaran dari pedang di tubuhnya
“Sudah… seribu tahun… aku mengasah pedang ini… hanya untuk satu hal,… mengalahkanmu wahai
Azazil”. ucapnya
Azharel menatapnya, lalu mengangkat tangan dan mengangkat sosok tadi dengan kekuatan spiritual kegelapan yang dimilikinya, melempar nya ke arah ruang dimensi yang kosong.
Sosok itu jatuh keras, dan mulai mengkibaskan sayapnya lalu melayang dan perlahan turun dan berdiri di depan Azharel. Ia meletakkan pedangnya di dada, memberi hormat.
“Namaku Altherion Ares. Sang kesatria yang menunggu lima ribu tahun lamanya … untuk mengantarmu ke neraka!!”
Azharel terkekeh.
“Akhirnya… ada yang bisa bicara dengan gaya yang layak. Mari kita lihat… apakah lima ribu tahun itu cukup untuk membuatku berlutut.” ucapnya nada sombong
Angin berhenti. Langit diam. situasi sunyi. Lalu…
BENTROKAN DIMULAI.
Pedang cahaya paling terang melawan tangan Azazil penuh kegelapan. Cahaya suci bertabrakan dengan kegelapan abadi. Setiap pukulan mereka menciptakan celah dimensi, memecahkan langit, dan membelah realitas.
“Akhirnya,” ucap Azharel tersenyum “Pertarungan yang pantas untuk menyambut rasa bosanku”.
Dan untuk pertama kalinya sejak lama Azharel mendapatkan lawan yang sepadan.
Celah dimensi menjadi medan pertempuran. Kegelapan abadi Azharel menghadapi kekuatan suci yang diasah ribuan tahun oleh Ares.
BOOOOM!!! Zrakkkkk!!!!
ruang waktu bergetar. Dimensi bergeser.
Ares menebas tanpa henti, pedangnya memotong udara, membentuk celah yang membakar seluruh ruang . Azharel menangkis semuanya kadang dengan tangan kosong, kadang dengan sihir kegelapan yang bentuknya bahkan sulit dipahami oleh mata manusia.
“Cepat juga…” ucap Azharel, tersenyum dingin.
Seketika, tubuh Azharel mentransformasi menjadi bayangan hitam pekat, melingkar ditubuh Ares dan menyerang dari segala arah. Tapi Ares tak goyah, aura sucinya meledak dan mementalkan semua bayangan itu.
“satu abad untuk teknik. Seribu tahun untuk pedang. Tapi lima ribu tahun untuk satu hal yaitu menembus jantung Azazil sepertimu.” teriak Ares
Azharel tertawa pendek. Tapi kali ini… tawa itu terdengar mulai menggap semua telah serius. Keduanya terus saling adu teknis sampai di suatu ketika Mata Azharel berubah. bagian matanya
menjadi merah menyala, bola matanya yang berbentuk bunga sakura mengeluarkan aura
mengerikan dan baju yang ia kenakan ia lepas. Sebuah simbol sihir kuno muncul di dadanya segel
Azazil Tertinggi. Tiba-tiba
ZRAAAAK!!!
Sebuah tebasan menyilang dari Ares menggores dada Azharel, darah hitam meledak keluar. Tapi di saat yang sama, Azharel juga telah menggores dada Ares dengan tangan kirinya hingga tercipta bekas cakaran cap jari Azazil, lalu masing masing goresan mulai mengeluarkan auranya dan meledak
keduanya terpental jauh
Langit menghitam.
Tanpa mereka sadari, kekuatan benturan mereka membuka celah dimensi yang begitu dahsyat celah kosmik tak bertuan. dimensi tanpa ada tanda kehidupan, dan ruang yang hampa , Celah
menyedot udara, cahaya, waktu dan Azharel yang masih setengah lemah akibat ledakan ikut
terhisap kedalamnya.
Azharel terlempar, tubuhnya berputar di dalam kekosongan,warna, suara, dan cahaya tercampur jadi satu di kehampaan hening. Tubuhnya terus meluncur, menembus batas dimensi, hingga akhirnya BRAAAAAKKKK!!! Azharel menembus atmosfer sebuah planet, di situasi yang sama Ares yang masih di Medan pun mengabarkan kepada petinggi dewa bahwa Azazil tirani telah ia takluki
di situasi Azharel, ia terjatuh melesat kencang ke arah sebuah planet menabrak tanah lapang, menciptakan kawah besar dan ledakan ringan. Tanpa pasukan. Tanpa gelar. Tanpa arah. Dan begitulah, Azazil tirani yang ditakuti oleh seluruh ras di semesta jatuh ke Bumi untuk pertama kalinya.
Bersambung……………
Terus berkarya, ditunggu bagian selanjutnya. BraVO Aldi…..